7 Cara Penanggulangan Bencana Alam Yang Efektif

21.08 Add Comment



Bicara tentang kebencanaan, ragam fenomena dahsyat yang mengancam kesempatan hidup manusia itu nyatanya memang sudah menjadi perbincangan sehari-hari. Tengok saja bagaimana mesin pencari google menerjemahkan kejadian bencana sebagai rentetan teori, artikel, dan kata-kata penjelas risiko dan dampak bencana. Jajaran kata-kata yang menuliskan tentang bencana dirasa perlu ditegaskan kembali menjadi urutan langkah-langkah yang efektif dalam kerangkan penanggulangan bencana.
Kali ini penulis ingin memberikan gambaran urut prosedur langkah per langkah yang dapat dilakukan sedini mungkin untuk penanggulangan bencana alam, yaitu:

1. Government Initiative
Mulanya adalah dari pemangku kekuasaan tertinggi. Government atau pemerintah sebagai pengelola sumber daya dan pembuat kebijakan harus memiliki intuisi dan inisiasi sedini mungkin terhadap gejala dan tanda-tanda bencana yang berserak di sepanjang lokasi rentan bencana. Inisiatif dan kesadaran dalam tingkatan pemerintah ini perlu ditegaskan melalui Undang-undang dan jenis peraturan lain, kemudian diaplikasikan pada lembaga independen milik pemerintah yang berwenang sebagai pemegang kendali puncak di urusan penanggulangan bencana. Dalam konteks Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana punya kendali dan tanggung jawab tertinggi dalam urusan penanggulangan bencana.

2. Objective Setting (Objective setting for risk management)
Langkah berikutnya adalah menentukan strategi manajemen risiko dan penanggulangan bencana alam yang langsung berpusat pada tujuan atau sasaran. Langsung to the point pada solusi atas pokok masalah manajemen risiko.

3. Risk Identification (Definition of target risks)
Berikutnya adalah mengidentifikasi risiko yang berjejer dan memiliki peluang besar terjadi di seputar wilayah rentan bencana. Identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan sedini mungkin, sebelum memikirkan langkah lanjut dengan cara apa pengurangan risiko dan penanggulangan bencana dapat dilakukan.

4. Planning (setting of risk criteria & Formulation of master plan)
Setelah risiko didaftar, dikelompokkan dan digambarkan secara visual berdasar kriteria dan ciri khas masing-masing, maka langkah berikutnya dalam penanggulangan bencana alam adalah perencanaan. Memformulasikan rencana besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

5. Risk Assessment (Development of disaster scenarios (e.g. hazard map, risk map, etc.)
Usai mengidentifikasi risiko, berikutnya adalah langkah assessment atau penilaian terhadap risiko bencana yang sudah didaftar sebelumnya. Penilaian risiko ini merupakan langkah lanjut dengan bentuk menggambar peta kebencanaan atau peta risiko.

6. Countermeasures/ Risk Treatment (Implementation of public policy)
Usai rencana matang terbentuk dan tersusun, maka langkah lanjutnya adalah memberikan perlakuan pada risiko. Maksudnya adalah memberikan pencegahan nyata dalam bentuk aksi atau kebijakan. Seperti mengurangi pembuangan sampah dan memberikan sanksi bagi pembuang sampah sembarangan untuk mengatasi dan menanggulangi bencana banjir.

7. Evaluation / Re-examination (Verification of disaster management)
Langkah terakhir adalah evaluasi. Menilik ulang seluruh langkah penanggulangan bencana alam yang sudah dilakukan, memverifikasi seluruh tahapan dari manajemen risiko bencana. Melihat celah yang masih belum bisa ditemukan solusinya. (IJL)

Sumber

5 Strategi Penanggulangan Bencana Alam

21.05 Add Comment

Bencana, kini tak lagi dianggap sebagai kejadian luar biasa, walaupun risiko dan dampaknya memang masif, namun bencana kini sudah menjadi bahan perbincangan dalam rutinitas masyarakat sehari-hari. 

Kesadaran masyarakat akan mitigasi bencana emang unik untuk dijelaskan. Bencana sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat kekinian, namun masih saja ada kepanikan yang muncul ketika bencana tiba-tiba datang. Apa yang selama salah diterapkan? Strategi apa yang masih kurang diaplikasikan? Beragam teori nyatanya telah berserak menunggu untuk diaplikasikan secara nyata ke dalam tindakan mitigasi dan pengurangan risiko bencana. Salah satu yang cukup populer dan jamak diterapkan pada sebagian besar pemangku kepentingan dalam urusan bencana adalah strategi Total Disaster Risk Management. Berikut penjelasannya: 
1. Establishment of coordination mechanism and legal framework for disaster reduction. Adalah strategi pertama yang berwujud pada tindakan membentuk mekanisme koordinasi dan kerangka legal bagi pengurangan risiko maupun mitigasi bencana. Mekanisme terstruktur dan kerangka legal amat penting untuk ditegaskan sebagai pelindung dan penjelas alur kerja bagi segenap pemangku kepentingan dalam urusan bencana alam. 

2. Improvement of sharing and management. Strategi berikutnya adalah meningkatkan alur dan cara efektif untuk berbagi informasi seputar kebencanaan. Dunia yang makin global dan terhubung harusnya dapat menjadi alat utama bagi persebaran informasi kebencanaan. Integrasi bermacam saluran, beragam pesan, jutaan interkoneksi di seluruh dunia untuk menegaskan pengurangan risiko bencana.

3. Integration of disaster reduction concept into development planning. Mengintegrasikan konsep pengurang risiko dan mitigasu bencana pada seganap aturan dan rencana pengembangan wilayah dan pengembangan sumber daya. Strategi kedua ini menyasar pada proses integrasi bertahap konsep reduksi risiko bencana pada bermacam rencana pembangunan dan pengembangan. Cara konkretnya adalah dengan mengaplikasikan teknologi dan konsep reduksi bencana pada rencana kerja pembangunan. 

4. Promotion of Education and Public Awareness. Bentuk strategi selanjutnya adalah meningkatkan kesadaran publik akan dampak dan risiko bencana alam. Saluran pendidikan kebencanaan pertama dan utama ada di bangku sekolah, membawa isu risiko bencana pada tiap diskusi dan forum warga. Edukasi dan peningkatan kesadaran tanpa henti akan membawa dampak kemandirian publik atas potensi kebancanaan yang membayang di wilayahnya. Kemandirian mutlak diperlukan karena pengurangan risiko bencana adalah tanggung jawab bersama, tak bisa hanya memangku kewenangan pada pemerintah atau lembaga kebencanaan terkait. 

5. Development of multi-stakeholder and citizen partnership. Strategi terakhir yang dapat diaplikasikan adalah mengintegrasikan hubungan relasi antar multi-stakeholder, dan melibatkan peranan nyata masyarakat yang tinggal diwilayah rentan bencana. Koordinasi dan hubungan relasi antar pemangku kepentingan menjadi kunci utama mengurangi risiko sebelum bencana terjadi. Koordinasi yang terjalin apik pun akan membagi rata beban respons, rehabilitasi dan rekonstruksi ketika darurat bencana melanda.






4 Bencana Sosial Ada di Indonesia

21.02 Add Comment
Tak hanya bencana alam yang berjejer menjadi ancaman nyata di Indonesia. Sederet bencana sosial pun jamak terjadi di negeri ini. Kekacauan akibat bencana sosial pun tak bisa dipandang sebelah mata. Bencana apapun akan menghadirkan kesulitan dan kepayahan. Mencegah dan mengurangi risiko bencana wajib menjadi bagian dari rutinitas masyarakat sehari-hari. Setidaknya dapat diawali dengan melihat dan mempelajari fakta bencana sosial yang rutin mengancam masyarakat, sebagai berikut:
1. Kebakaran gedung dan pemukiman
Satu fenomena yang amat sering terjadi di Indonesia adalah bencana kebakaran gedung dan pemukiman. Utamanya terjadi di musim kemarau. Ketika udara, dan tanah berada dalam kondisi yang panas kerontang. Sedikit percikan api akan memicu kobaran besar yang akan berentet pada gedung dan pemukiman. Kecerobohan manusia biasanya menjadi penyebab utamanya bencana kebakaran gedung dan pemukiman. Kecerobohan membangun gedung atau perumahan yang tidak mengikuti standar keamanan bangunan yang berlaku, korsleting listrik, kompor meledak, api lilin yang menyambar benda mudah terbakar, menjadi penyebab utama fenomena bencana kebakaran gedung dan pemukiman. Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung dan sekitarnya sangat rawan terjadi kebakaran karena kepadatan penduduknya yang amat masif.

2. Kegagalan teknologi
Fenomena selanjutnya dari bencana sosial yang sering melanda negeri ini adalah kegagalan teknologi. Kasus nyatanya adalah bagaimana kegagalan pengaplikasian teknologi pengeboran tanah mengakibatkan lebih dari 25.000 jiwa mengungsi, tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur sejak tahun 2006 hingga kini. Selain itu, gagalnya teknologi dapat menimbulkan kebakaran, pencemaran bahan kimia berbahaya atau bahan radioaktif, kecelakaan industri, atau kecelakaan transportasi yang akan menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda.

3. Konflik sosial
Kasus fenomena bencana sosial terakhir adalah konflik sosial. Tak dapat dipungkiri, kemajemukan bangsa yang memiliki ragam etnis dengan bahasa dan budaya yang berbeda-beda pula menjadi pemicu utama ketegangan-ketegangan sosial. Bila tak dapat diredam dan dikelola dengan semangat kebhinekaan, maka bencana sosial berwujud konflik pun tak dapat dielak. Perbedaan kepercayaan, perbedaan tingkat kesejahteraan, bahkan hingga perbedaan warna kulit dan ras yang mencolok pun akan dimanfaatkan oleh pihak-oihak provokator sebagai api ganas konflik dan kerusuhan. Belakangan, perbedaan nilai politik dan warna partai dalam nuansa demokrasi negeri ini pun mampu menjadi penyulut ekstrim kekacauan bangsa.

4. Epidemi dan wabah penyakit
Kondisi demografis penduduk bangsa ini yang padat dan sebagian besar berada dalam garis kemiskinan menjadikan ancaman epidemi dan wabah penyakit semakin nyata mengancam. Kebiasaan sebagian masyarakat yang kerap kali tak bisa menjaga pola hidup sehat dan higienis pun menjadi jawaban mengapa banyak masyarakat terutama masyarakat marjinal yang terkena wabah penyakit. Kejadian demam berdarah, malaria, diare, gizi buruk, hingga penyakit global macam flu burung pernah menjadi catatan buruk di Indonesia.  (IJL)

10 Bencana Alam Hebat Di Indonesia

20.56 Add Comment

    Indonesia, rangkaian pulau yang bersatu atas nama negeri. Sejarah menceritakan sejak berabad lampau, Indonesia berada dalam zona merah rawan bencana alam. Deratan jenis bencana alam bedampak masif hingga bencana alam minor yang tak terasa dampaknya mengancam di tiap sudut negeri ini. Fakta tersebut bukan menjadi hal yang harus dikhawatirkan. Rangkaian bencana yang mengancam harus menjadi pelajaran berharga, setidaknya dimulai dari mengetahui fakta dan penanggulangannyasejak dini:
1. Ancaman bencana alam gempa bumi
Fakta sejak jutaan tahun lalu, pulau-pulau eksotis nan kaya di Indonesia ditopang oleh lempengan kulit bumi yang aktif menjelajah dan merangsek tiap tahunnya. Pergerakan tiga lempeng inilah Indo-Australia, Euro-Asia dan Lempeng Pasifik yang membawa ancaman bencana alam gempabumi. 

2. Ancaman bencana alam tsunami
Gempabumi yang menggoyang dasar samudera akan menciptakan perubahan tampak muka dasar laut. Jika lempeng saling bertubrukan dan menghujam di dasar laut, maka cekungan atau celah akan tercipta, kemudian dari cekungan ini akan mengakibatkan gelombang pasang dahsyat yang mampu membawa gulungan ombak setinggi puluhan meter dengan kecapatan 500 km/jam! 


3. Ancaman bencana alam tanah longsor 
Kondisi muka alam Indonesia yang rata-rata berbukit dan memiliki banyak lereng curam pun membawa ancaman baru bencana alam tanah longsor atau gerakan tanah. Risiko bencana alam tanah longsor akan meningkat jika komunitas atau masyarakat sudah terlanjur menetap dan beraktivitas di lingkungan yang rawan pergerakan tanah. 

4. Ancaman bencana alam gunung meletus
Masih berkaitan dengan kondisi kulit bumi negeri ini yang ramai akan aktivitas rutin pergerakan lempang. Penunjaman dan tubrukan lempeng besar selama jutaan tahun silam telah membentuk alam Indonesia yang dipenuhi jejeran gunung api. Catatan terakhir sejumlah peneliti di Indonesia, negeri ini memiliki 500 gunung api dengan ancaman nyata 129 gunung api yang masih aktif dan bisa kapan saja bergejolak. Catatan sejarah letusan super dahsyat gunung Tambora, gunung Krakatau, serta supervolcanoGunung Toba

5. Ancaman bencana alam banjir
Secara geografis, wilayah Indonesia berada dalam iklim tropis yang memiliki kecenderungan dua musim. Musim penghujan dan musim panas. Menjelang akhir tahun, perubahan musim akan bergejolak dan berubah-ubah secara ekstrim. Hujan lebat yang tiba-tiba melanda lebih dari intensitas biasanya akan meluapkan sungai dan saluran air. Terhambat dan kemudian meluap menjadi bencana alam banjir. Di negeri ini, bencana alam banjir masih menjadi momok menakutkan bagi kota-kota besar yang buruk drainasenya, seperti ibukota Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. 

6. Ancaman bencana alam kekeringan
Selain bencana banjir, negeri ini pun ternyata memiliki kerentanan serupa akibat perubahan musim yang ekstrim, yaitu kekeringan. Kondisi bencana alam yang berupa berkuranganya persediaan air bersih sampai di bawah normal yang bersifat sementara, baik di atmosfer maupun di permukaan tanah. Penyebabnya biasanya adalah karena lenyapnya curah hujan pada periode yang lama yang disebabkan oleh interaksi atmosfer dan laut serta akibat ketidakteraturan suhu permukaan laut seperti yang disebabkan oleh fenomena El Nino. 

7. Ancaman bencana alam kebakaran hutan dan lahan 
Masih serupa dengan penyebab fenomena kekeringan, curah hujan yang minim di musim panas pun akan membawa ancaman baru kebakaran hutan dan lahan. Biasanya memang kebakaran hutan ataupun lahan disebabkan oleh tingkah laku manusia yang sengaja membakar hutan untuk membukan lahan. Kebakaran hutan dan lahan ini akan membawa dampak buruk bagi kualitas udara di suatu wilayah. Contoh nyatanya adalah ketika kebakaran hutan bertubi-tubi melanda wilayah Pekanbaru, Riau, bahkan asap kebakaran hutannya sampai merambah hingga ke negeri seberang di Malaysia dan Singapura. 

8. Ancaman bencana alam erosi
Negeri ini pun tak luput dari bencana alam minor yang berwujud erosi. Pada dasarnya erosi adalah perubahan bentuk tanah atau batuan yang dapat disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat atau organisme hidup. Proses erosi akan berakibat pada penipisan lapisan tanah, penurunan tingkat kesuburan, bahkan hingga mengakibatkan bencana tanah longsor. 

9. Ancaman bencana alam gelombang ekstrim dan abrasi
Perubahan iklim global yang tak dapat dielak membawa pengaruh juga bagi wilayah perairan laut yang membujur dari barat hingga timur di Indonesia. Mulai dari gelombang ekstrim hingga abrasi pesisir laut sudah jamak terjadi di wilayah perairan laut Indonesia. Gelombang laut ekstrim biasanya ditimbulkan oleh siklon tropis. Pantai utara pulau Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi utara, Maluku, dan Irian Jawa memilki potensi besar terjadinya gelombang besar dan badai di tengah laut.  

10. Ancaman bencana alam cuaca esktrim 
Deretan ancama cuaca ekstrim seperti angin puting beliung, topan, dan badai tropis juga mulai menjadi masalah pelik di Indonesia. Perubahan iklim global yang mempengaruhi seluruh fenomena cuaca di dunia turut membawa ancaman baru berupa angin puting beliung atau badai tropis yang umumnya terjadi di musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. 
Sumber

Siap Siaga Ancaman Gempabumi di Indonesia

20.40 Add Comment




Rentetan kejadian gempa bumi datang silih berganti menggoyang ratusan wilayah di nusantara. Namun nampaknya catatan kejadian tersebut belum menjadi pelajaran berharga bagi segenap masyarakat. Ketika bencana alam gempa bumi melanda, masih ada saja kepanikan yang tak penting yang justru akan berakibat fatal. Bukti nyata bahwa mitigasi dan pengurangan risiko bencana belum menjadi pemikiran serius bagi masyarakat.
Tak dapat dipungkiri, tiga lempengan besar yang berada di bawah lapisan permukaan Nusantara menjadi momok menakutkan. Tiga lempeng yang terus bergerak aktif, saling bertubrukan dan menunjam satu sama lain membawa ancaman nyata bencana alam gempa bumi. Pergerakan lempeng memang pada dasarnya tak bisa diprediksi. Terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan awal. Namun setidaknya, menyadari ancaman bencana gempa bumi merupakan tindakan penting yang sudah harus ditanamkan semenjak dini.
Padahal kesigapan sebelum bencana gempa bumi terbukti mampu meminimalkan jumlah kerugian harta benda hingga nyawa. Tengok saja bagaimana Jepang, negara dengan intensitas gempa yang amat rutin mampu menyiapkan masyarakatnya sedini mungkin dalam menghadapi gempa bumi. Pelajaran kesiapan bencana sudah menjadi kurikulum wajib di tiap bangku sekolah.
Lantas, pertanyaannya mengapa Indonesia belum mampu menyontoh sikap seperti demikian? Kesadaran akan ancaman bencana alam terutama gempa bumi harus menjadi prioritas demi menyelamatkan peradaban bangsa yang dibangun hingga kini. Nyawa manusia bukanlah hitungan angka statistik yang biasa tersaji di media usai bencana melanda. Kehilangan nyawa tak bisa dibiarkan begitu saja dengan membiarkan mitigasi bencana tak berjalan sesuai prosedur yang benar. Urgensi kesadaran akan ancaman bencana alam terutama gempa bumi tak bisa lagi diabaikan.
Melalui tiga pilar peradaban yang dilakukan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT): Hummanity, Volunteerism, dan Philantropy kesigapan akan ancaman bencana setidaknya sudah menjadi agenda utama. Nilai kemanusiaan, kerelawanan, dan kedermawanan yang menjadi tonggak gerakan ACT diharapkan mampu mengawal kesigapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.
Beradasarkan pada teori yang tersaji dalam sekian banyak literatur yang membincangkan bencana alam khususnya gempa bumi, alur pencegahan dan pengurangan risikonya dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Prevention/mitigation
Tindakan awal dengan memberikan pendidikan dasar tentang pencegahan seputar pengetahuan bencana alam gempa bumi kepada lingkungan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana
  1. Preparedness
Tindakan kedua beringsut seputar menyiapkan masyarakat agar siap dan tanggap dalam menghadapi ancaman bencana alam gempa bumi.
  1. Response
Tindakan ketiga, pasca bencana terjadi. Memberikan respons terbaik yang merata bebannya pada seluruh pemangku kepentingan. Melakukan koordinasi yang paling efektif
  1. Rehabilitation/reconstruction
Tindakan terakhir yang dapat dilakukan dengan mengembalikan kembali keadaan wilayah terdampak bencana alam gempa bumi seperti sebelum terjadinya bencana.

3 Tragedi Besar Tanah Longsor di Indonesia

19.30 Add Comment
Innalillahi, Longsor Terjadi Lagi di Banjar Negara


Bencana berskala dahsyat yang melanda Indonesia tak hanya berkutat pada tiga tersangka utama saja: gempa bumi, tsunami, ataupun gunung meletus. Selain tiga ancaman tersebut, masih ada satu fenomena alam lain yang jika dibiarkan dan tak mendapat intervensi menyeluruh akan membawa dampak yang mematikan pula, yaitu ancaman bencana alam tanah longsor.


Berikut merupakan rangkuman 3 kejadian tanah longsor mematikan yangmelanda Indonesia, terhitung sejak awal tahun 2000 hingga kini.
1. Tanah Longsor Banjarnegara
    Belum hilang dalam ingatan, bagaimana pertengahan Desember tahun lalu, peristiwa tanah longsor dahsyat menghantam Dusun Jemblung, Desa Sampang, Banjarnegara. Jumat sore (12/12) menjelang maghrib, hujan belum sempat menampakkan redanya. Dalam waktu kurang dari lima menit, tanah longsor mematikan menimbun 105 rumah warga di tiga desa sekaligus. Akibatnya fatal, seratus lebih korban jiwa melayang tertimbun longsoran tanah. Tebing setinggi 100 meter di Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara tersebut memang mulanya diklasifikasikan sebagai daerah longsor berpotensi sedang dan tinggi. Catatan penulis menunjukkan bahwa tanah longsor Banjarnegara terjadi akibat material penyusun bukit Tegallele yang merupakan endapan vulkanik tua dan lapuk. Ditambah hujan deras yang tak berhenti mengguyur sejak dua hari sebelumnya menyebabkan tanah jenuh terhadap air.

    2. Tanah Longsor Situ Gintung, Tangerang
      Jumat, 27 Maret 2009, tragedi mencekam menyeruak di wilayah pinggiran kota Jakarta. Situ Gintung yang terletak di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tiba-tiba Jebol di waktu subuh. Bencana tersebut menewaskan kurang lebih sekitar 7 orang dan menenggelamkan ratusan rumah yang berada di sekitarnya. Hasil investigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) menjelaskan bahwa bencana terjadi karena jebolnya tanggil selebar ± 65 meter, yang diikuti oleh gerakan tanah longsoran pada tanggul dengan panjang antara 3-7 meter, dan lebar antara 3-8 meter. Penyebab jebolnya tanggul secara keseluruhan terjadi karena curah hujan yang tinggi kala itu, kemudian adanya retakan pada tanggul serta limpahan air yang melebihi kapasitas. Apalagi ditambah kontur tanah di sekitar kawasan tersebut yang sangat curam. 
      3. Tanah longsor Bahorok, Sumatera Utara
        Senin, 3 November 2003 silam. Bukit curam yang berada di sekitar Desa Bukit Selawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara tersapu oleh longsoran tanah yang membawa air bah limpahan sungai Bahorok. Akibat kejadian ini 90 orang dilaporkan tewas dan ratusan orang lainnya menderita luka dan hilang terbawa arus banjir. Berdasarkan catatan kebencanaan dari Walhi, longsor dan banjir bandang Bahorok terjadi akibat kerusakan hutan karena penebangan liar yang tak terkendali. Kala itu, 170 ribu hektar taman nasional Gunung Leuser dari luas total 788 ribu hektar rusak parah akibat penebangan hutan. (IJL)

        Indonesia Beresikoa Tanah Longsor

        18.50 Add Comment
        Tanah Longsor Sukabumi
                                          Bencana Alam Tanah Longsor di Indonesia
        Selain bencana alam masif berupa gempabumi, tsunami, hingga gunung meletus yang mengancam nusantara, ancaman lain yang berwujud pergerakan tanah pun tak bisa diabaikan. Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor amat sering terjadi tiap tahunnya. Kondisi geologis tanah di Indonesia yang rata-rata terdiri dari tanah lempung yang lunak memberikan ancaman longsoran tanah di sejumlah wilayah Nusantara. Jumlah kerugian dan nyawa yang harus melayang sebagai korban bencana alam tanah longsor pun tak dapat dipandang sebelah mata.
        Berdasar catatan kejadian bencana alam, hampir seluruh pulau besar di nusantara memiliki kabupaten dan atau kota yang berpotensi mengalami ancaman tanah longsor. Ciri utamanya adalah wilayah yang memiliki relief dan rupa tanah yang kasar, lembek, dengan lereng terjal. Kondisi tanah seperti itu yang banyak terhampar khususnya di Pulau Jawa diperparah oleh curah hujan yang tak menentu, terkadang kering namun sering pula hujan deras tanpa henti, ditambah pula oleh ancaman bencana alam gempa bumi yang dapat menjadi pemicu longsoran tanah.
        Secara umum, ancaman bencana alam pergerakan tanah membayang di daerah dataran tinggi dengan kontur perbukitan. Contoh kejadian terakhir, tanah longsor yang menimbun ratusan rumah warga di Pangalengan dan Banjarnegara terjadi di wilayah perbukitan yang tanahnya labil akibat dilanda hujan deras.
        Risiko bencana alam tanah longsor memang dipengaruhi oleh faktor kepadatan dan kerentanan penduduk yang berada di lokasi rawan pergerakan tanah. Kondisi bangunan dan infrastruktur di sekitar pergerakan tanah pun menjadi pemicu sejauh mana risiko kerugiannya.
        Akibat yang paling nyata dari bencana alam tanah longsor adalah tertimbunnya desa atau kelompok masyarakat yang hidup persis di atas atau di bawah bukityang labil tanahnya. Jika hujan deras sudah melanda tanpa henti, dan tanah di lereng perbukitan merupakan tanah lempung sepertinya jamaknya jenis tanah di Pulau Jawa, maka kewaspadaan akan pergerakan tanah patut diwaspadai.
        Kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam tanah longsor memang tak sebanding jika dibandingkan dengan catatan kerugian bencana alam lain di Indonesia. Namun, kewasapadaan dan proses mengurangi risiko tetap harus diperhatikan. Hutan dan pepohonan lebat sebagai pencegah utama longsoran tanah tetap harus dijaga kelestariannya. Karena pada kenyataannya, bencana alam tanah longsor, banjir, dan kekeringan terjadi akibat ulah tangan manusia itu sendiri yang tak bisa merawat dan menjaga hutan sebagai alat utama resapan air dan pengikat tanah di lereng-lereng berbukit.
        Ratusan nyawa yang tertimbun dalam bencana alam tanah longsor di Banjarnegara dan Pangalengan beberapa bulan silam setidaknya mampu menjadi pelajaran bagi masyarakat lain yang tinggal di jenis lokasi serupa khususnya di Pulau Jawa. Hanya butuh waktu tak lebih dari sepuluh menit untuk menenggelamkan satu dusun dengan 300 lebih penduduknya di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pun serupa dengan yang terjadi di Pangalengan, bencana alam tanah longsor Pangalengan hanya perlu waktu 10 menit untuk menerjang bentangan desa seluas 1 Km persegi yang berada persis di bawahnya. (IJL)
        SUMBER

        Warga Mengungsi Longsor Kediri

        20.07 Add Comment
        Longsor Kediri, Empat Dusun Terisolir






        KEDIRI – Longsor terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kediri. Longsoran juga menyebabkan 29 rumah rusak tertimbun longsor dan dua diantaranya rata dengan tanah. Rumah yang tertimbun longsor itu berada di Desa Pamongan, Desa Petungroto, Desa Surat, serta Desa Blimbing.

        Seperti diketahui bencana tanah longsor melanda Dusun Juron setelah tebing setinggi 30 meter runtuh akibat diguyur hujan selama 5 jam tanpa berhenti. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Tetapi kerugian material diperkirakan hingga ratusan juta rupiah. Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri yang baru terbentuk tengah melakukan pendataan.
        Longsor juga terjadi bukan hanya di daerah dataran tinggi kawasan Gunung Wilis, namun juga  di bantaran Sungai Brantas. Di sekitar bantaran sejumlah rumah rusak akibat halamannya tergerus aliran air sungai  akibat diterjang derasnya air limpahan dari Gunung Wilis , Minggu (15/2).

        Ratusan kepala keluarga (KK) yang tersebar di empat dusun di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, Jawa Timur yakni, Jeti, Juron, Sugihan dan Dusun Beru di Desa Blimbing terisolir akibat longsoran tanah menutupi  akses jalan utama antar Desa, Minggu malam (15/2).

        Warga di dua wilayah itu hingga Senin (16/2) mengungsi mandiri ke rumah kerabat dan tetangga karena rumah mereka tak bisa ditinggali.  Mereka meninggalkan rumah pada malam hari dan kembali ke rumah di siang hari.

        "Warga kuatir terjadi longsor susulan mengingat tebing yang kami tempati dalam keadaan retak begitu juga dengan bangunan rumah kami," kata Winarti warga setempat seperti dikutip oleh Radar Kediri.

        Sementara itu akses jalan yang terputus total hingga Senin sore masih diupayakan oleh aparat gabungan TNI dan Polri untuk dibuka menggunakan alat seadanya. "Akses jalan yang terputus karena timbunan material tanah longsor ada di dua titik. Pembukaan akses jalan dilakukan dengan alat seadanya sembari menunggu alat berat dari Pemkab Kediri," jelas AKP Sokhib Dimyati Kapolsek Mojo.

        News

        Jenazah Berhasil Ditemukan di Longsoran pangalengan

        00.57 Add Comment
        BANDUNG – Di hari ketiga, Kamis (7/5), proses evakuasi korban yang tertimbun longsor di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, menuai hasil. Satu orang korban bernama Nurul (8), berhasil ditemukan tim ACT dan MRI, siang tadi.

        “Alhamdulillah kami bersama tim berhasil mengevakuasi satu jenazah anak kecil,”tutur Ketua MRI Kabupaten Bandung, Atep Salman Al Farisi.

        Tim Evakuasi mengalami kesulitan dalam melakukan proses evakuasi. Menurut Atep, tumpahan longsornya cukup luas mencapai sekitar 1 hektar 500 meter, dengan kedalaman longsor mencapai 5  hingga 7 meter.

        “Kita sulit mencari titik korban, kalau kedalaman 1 sampai 3 meter insyaAllah kami  bisa jangkau dengan cangkul, namun kalau lebih, kami merasakan kesulitan. Harus memakai alat berat,”keluhnya.

        Di hari ketiga evakuasi korban yang tertimbun longsor, PT. Geothermal Star Energy menurunkan 4 alat beratnya untuk membantu pencarian jenazah oleh tim evakuasi.

        Tim evakuasi dibagi menjadi tiga tim, yang proses pencariannnya, disebar di tiga sektor: pertama, di sektor pemukiman, kedua, di tempat pemancingan, ketiga, di tempat lahan 'sabit rumput'.

        “Dipimpin oleh Basarnas, kita melakukan proses evakuasi dari pukul 8.00 sampai pukul 12.00 Istirahat 1 jam, dilanjutkan lagi pukul 13.00 hingga  pukul 17.00 WIB,”jelas Atep.

        Jika terjadi hujan, maka proses evakuasi terpaksa dihentikan, untuk mengantisipasi longsor susulan yang bisa saja terjadi, karena kontur tanahnya sangat rentan terjadi longsor lagi.

        “Kini sekitar 9 orang atau lebih jenazah yang masih tertimbun, mudah-mudahan kami dan tim segera menemukannnya,”harap Atep.(mhjr)  

        SUMBER

        Longsor Pangalengan, Bandung

        00.56 Add Comment
        BANDUNG – Sebanyak 203 Pengungsi korban longsor  di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung mengakui bantuan pangan dan obat-obatan sangat berlimpah. Hanya yang sedikit susah adalah ketersediaan air bersih dan MCK.
         
        Usai shalat maghrib, Jumat petang (9/5/2015) nampak seorang pria berceramah di hadapan anak-anak pengungsi di atas panggung yang tersedia di Balai Desa Margamukti. Anak-anak nampak serius mendengarkan, sesekali tertawa dengan humor dari penceramah, seorang pria muda.
         
        Iyus, salah seorang pengungsi, mengaku mengungsi bersama-sama di Balai Desa karena memang tak punya pilihan lain selain tinggal di sana. 
         
        “ Bantuan makanan tidak susah. Penyaluran bantuan lancar. Obat-obatan juga aman. Yang sedikit susah adalah ketersediaan air bersih dan MCK,” ujar Iyus. Hal itu dibenarkan Refi Koswara,  Ketua RT 01/RW 15. “ Orang sebanyak itu, ditambah para relawan, kalau tidak ada penambahan saluran air dan MCK darurat, cukup menyusahkan,”  katanya.
         
        Refi Koswara menambahkan, senyaman apapun diberikan kepada para pengungsi, tidak akan membuat betah. “ Paling mereka bertahan satu sampai dua minggu. Setelah itu mereka ingin kehidupan normal kembali sebagaimana sediakala,” katanya. 
         
        Refi berharap pihak-pihak yang terkait dengan ‘nasib’ para pengungsi segera mengambil keputusan tentang rencana-rencana yang akan dilakukan untuk membantu para pengungsi pasca bencana longsor terjadi
         
        Sebanyak 203 Pengungsi korban longsor  di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung mengakui bantuan pangan dan obat-obatan sangat berlimpah. Hanya yang sedikit susah adalah ketersediaan air bersih dan MCK.(ajm)
         
        SUMBER